MATERI PRESENTASI UJI
PPK TAHAP 1
WASPADALAH MAKANAN
DAN MINUMAN MENGANDUNG BORAKS MENGANCAM KESEHATAN KITA
Disusun
untuk melengkapi bahan Uji Penilaian Pencapaian Kompetensi (PPK) tahap 1
PPK
1 Melakukan Promosi Kesehatan
Disusun
Oleh:
Mela
Rosmayanti
NIM:
P07134113094 (Reguler A/22 Semester II)
KEMENTERIAN
KESEHATAN RI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN
ANALIS KESEHATAN
2014
A.
Pengertian
Bahan Pengawet Pada Makanan
Food
Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami dan bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,
pemucat, dan pengental.
Bahan pengawet biasa
digunakan atau ditambahkan untuk mengawetkan bahan pangan (produk makanan) yang
mempunyai sifat mudah rusak dengan menghambat atau memperlambat proses
fermentasi, pengasaman dan penguraian yang disebabkan oleh mikroba (jasad
renik). Aktivitas bahan pengawet bersifat bakteriostatik, fungistatik,
antioksidan, zat penetal, zat penstabil, zat pengemulsi dan zat penyalut (
Coatng agent).
B.
Penggolongan
Bahan Pengawet
Bahan
pengawet terdiri dari dua golongan, yaitu bahan pengawet senyawa organik dan
bahan pengawet senyawa anorganik.
1. Bahan
pengawet senyawa organik
Yang
termasuk dalam pengawet organik adalah asam benzoate, formaldehid, asam
salisilat, asam forminat, ester hidroksibenzoat, asam propionate dan
garam-garam Na, Cad an thioureum.
2. Bahan
pengawet senyawa anorganik
Senyawa
yang termasuk dalam pengawet anorganik meliputi senyawa nitar, nitrit, sulfit,
borax, klor bebas, hipoklorit dan peroksida.
Tetapi
formaldehid dan borax (boraks) masuk dalam bahan makanan yang berbahaya dan
dilarang.
Didalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 235/Men-Kes/Per/IV/79 tentang bahan
tambahan makanan, telah diatur penggunaan bahan tambahan makanan serta batas
maksimal penggunaannya, seperi asam benzoate dan garamnya (Na dan K), asam
propionate dan garamnya ( Na dan Ca), asam sorbat dan garamnya (Na, K dan Ca),
belerang dioksida, sulfit, nitrit dan nitrat. Bahan pengawet tersebut bekerja
dengan pH yang sesuai dengan maknannya, menghindarkan dari bakteri dan jamur.
C.
Tujuan
Penggunaan (Penambahan) Bahan Pengawet Pada Makanan
Pemakaian
bahan pengawet sangat menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan
dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik bersifat patogen yang dapat
menyebabkan karacunan atau gangguan kesehatan maupun mikrobial yang nonpatogen
yang menyebabkan kerusakan bahan pangan seperti pembusukan. Adapun tujuan lain
penggunaan (penambahan) bahan pengawet pada makanan yaitu antara lain:
1. Agar
bahan pangan dapat memiliki bentuk (struktur) yang lebih baik dan menarik (dari
segi rupa).
2. Cita
rasa yang dihasilkan akan lebih seperti yang dikehendaki.
3. Menampakkan
warna yang menarik dengan bahan pengawet warna.
4. Meningkatkan
tingkatan mutu makanan dengan tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa,
dan bau bahan pangan yang diawetkan.
5. Makanan
akan tahan disimpan (umur masa simpan yang lebih lama) supaya tidak mengalami
kerusakan, fermentasi atau pembusukan tanpa mengurangi nilai gizi maupun cita
rasa.
6. Dan
tujuan lainnya yang lebih khusus tergantung dengan bahan pengawet yang
ditambahkan.
D.
Mengenai
Boraks
Penggunaan
bahan pengawet dalam pangan haruslah tepat, baik dari jenisnya maupun
dosisnya. Tetapi, masih bayak ditemukan
penggunaan bahan pengawet yang tidak sesuai jenis dan dosisnya. Banyak bahan
pengawet yang dilarang digunakan dalam pangan yang berbahaya untuk kesehatan,
seperti boraks.
Boraks
secara lokal dikenal sebagai “air bleng” (dalam larutan jernih), “garam bleng”
(dalam bentuk kristal) atau “pijer”. Menurut Encyclopedi Britanica dan Encyclopedi
Nasional Indonesia, kata boraks berasal dari kata Arab, yaitu bauraq
dan istilah Melayunya tingkal, yang berarti putih. Produsen utama “air
bleng” di Indonesia terletak di Purwodadi, jawa Tengah. Cara pembuatannya mirip
dengan cara produksi garam tradisional. Jadi dengan menimba air dari “sumur
mineral bleng” dan kemuadian dituangkan ke dalam belahan bamboo dengan panjang
25 cm lebar 5-10 cm, yang di Purwodadi disebut “Klakah” dan kemudian
dikeringkan. Dari teknik ini tersebut dihasilkan dua jenis produk, yaitu:
1. “Air
bleng” dalam larutan jernih”.
2. “Garam
bleng” dalam bentuk kristal. Dikenal dengan “garam krasak”.
Borkas
merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, mudah larut dalam air,
termasuk dalam golongan bahan pengawet anorganik dan tidak berwarna. Boraks
merupakan garam natrium Na2B4O710H2O,
yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan khususnya industri kertas,
gelas, pengawet kayu, keramik dan pembuatan gelas Pyrex (peralatan gelas
laboratorium kimia) yang terkenal kuat karena adanya campuran boraks.
Boraks
terjadi dalam suatu deposit hasil dari proses penguapan “hot spring” (pancuran air panas) atau danau garam dan playas. Boraks termasuk kelompok mineral
borat, suatu jenis senyawa kimia alami yang terbentuk dari boron (B) dan
oksigen (O). beberapa jenis borat jarang ditemui dan terjadi hanya pada daerah
tertentu saja, sebaliknya beberapa diantaranya seperti boraks, kernile dan
colemanite, serta komersial ditambang untuk pembuatan boraks, asam borat serta
bebagai garam boron sintesis.
Boraks
memang erat kaitannya dengan asam borat dan kemungkinan besar daya pengawetnya
boraks disebabkan karena adanya senyawa aktif asam borat (asam borosat). Asam
borat merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik.
Asam borat (H3BO3) dapat dibuat dengan menambahkan asam
sulfat atau klorida pada boraks. Larutannya dalam air 3% digunakan sebagai obat
cuci mata yang dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka
kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas
karena beracun bila terserap masuk dalam tubuh. Daya bunuhnya terhadap bakteri
pembusuk secara khusus, belum banyak diteliti dan dilaporkan, demikian halnya
mengenai boraks.
E.
Peraturan
Larangan Penggunaan Boraks Pada Makanan
1. SK
Kementerian Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 yang berisi tentang melarang
penggunaan boraks.
2. Boraks
tidak termasuk dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 235/Men-Kes/Per/VI/79
tentang bahan tambahan makanan yang diperbolehkan.
3. Lampiran
Peraturan Menteri Kesehatan RI tanggal 19 Juni 1979 No. 235/Men.Kes/Per/VI/’79
dan Peraturan SK Menteri Kesehatan RI Nomor 733/Menkes/Per/IX/1988 yang
keduanya menyatakan bahwa boraks masuk dalam bahan tambahan makanan yang
dilarang.
F.
Ciri-
Ciri Makanan dan minuman Yang Mengandung Boraks
Boraks telah lama
digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk pembuatan suatu produk
makanan dan biasanya produk rumahan yang kurang informasi mengenai bahaya
penambahan boraks pada makanan. Boraks selain digunakan pada makanan
tradisional (makanan produk rumahan) juga digunakan dalam pembuatan mie,
lontong, ketupat, bakso, kerupuk, bahkan digunakan untuk pembuatan minuman teh
dan kecap. Konon pembuatan bakmie pabrik dan macaroni biasanya menggunakan asam
borat murni, suatu kristal putih produksi industri farmasi.
Berikut
beberapa contoh makanan yang mengandung boraks:
1.
Boraks
Pada Kerupuk Gendar
Dalam
bentuk tidak murni sebetulnya boraks sudah sejak tahun 1700 yaitu sejak jaman
penjajahan Belanda diproduksi dalam bentuk “air bleng” atau “cetitet”,
khususnya untuk pembuatan gendar nasi, krupuk gendar atau krupuk puli
yang secara lokal di beberapa daerah di Jawa disebut juga “karak”
atau “lempeng”.
Cara
tradisional pembuatan gendar dengan cara beras sebanyak 13 kg dikukus sampai
setangah masak, dicampur dengan “air bleng” atau “garam bleng” dengan dosis
berdasarkan pengalaman, sekitar 500cc “air bleng” atau jika digunakan garam
padat, perlu dilarutkan sampai konsentrasi 1% (300 gr dalam 30 liter), kemudian
ditambah garam dapur sekitar 350 gr dan air secukupnya. Setelah tercampur rata,
beras tersebut dimasak dan dikukus kembali sampai matang penuh menjadi nasi.
Baru kemudian ditumbuk dengan alat penumbuk sampai halus dan lengket, jadilah
adonan yang disebut gendar. Ciri krupuk mengandung boraks adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki
tekstur sangat lembut.
2. Renyah
3. Bisa
menimbulkan rasa getir dilidah.
2.
Boraks
Pada Mie Basah dan Bakso
Berdasarkan kadar airnya, mie basah maupun bakso merupakan
olahan yang paling cepat mengalami kerusakan atau kebusukan, karena itu banyak
usaha yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab mencampurkan bahan
kimia pengawet seperti boraks agar produknya tidak cepat rusak dan busuk. Pada
olahan mie biasanya digunakan 15 gram setiap 20 kg tepung gandum. Bahkan untuk
mie kering kadang-kadang juga ditambahkan 10 gram oer 20 kg tepung gandum.
Pembuatan mie basah yang baik dan cukup awet tanpa boraks
dapat menggunakan CMC atau menggunakan beberapa senyawa yang dapat berfungsi
sebagai pengembang mie adalah natrium algenat, natrium caseinat, gumguava dan
gum eayana. Gabungan bahan tersebut sering disebut “obat mie” atau “dough improver”, sudah termasuk
didalamnya adalah bahan zat pengawet yang aman, yaitu kalsium propionat.
YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia) melalu Warta Konsumen (1991) melaporkan bahwa 86,49% mie basah yang
diambil sebagai contoh berasal dari daerah Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan
Surabaya mengandung asam borat (boraks) dan 76,9% mengandung boraks dan formalin
secara bersama-sama. Sedang pada mie
kering tidak terdeteksi adanya boraks maupun formalin. Berikut adalah Ciri
mie basah yang mengandung boraks, yaitu:
1.
Memiliki aroma yang sangat menyengat.
2.
Tampak mengkilap seperti dilumuri minyak.
3.
Teksturnya kenyal.
4.
Tidak mudah putus.
5.
Tidak mudah lengket.
6.
Tahan lama beberapa hari jika disimpan pada
suhu kamar.
Sedangkan
pada bakso, ciri-ciri bakso yang mengandung boraks, yaitu:
1. Bakso
menjadi lebih awet dan tahan lama meski disimpan hingga beberapa hari dalam
suhu kamar.
2. Memiliki
warna putih pucat (bersih) atau cemerlang dan tidak kecoklatan baik dari luar
maupun bagian dalamnya.
3. Apabila
digigit maka bakso kembali ke tekstur semula (kenyal) dan cenderung keras.
4. Memiliki
aroma tidak seperti biasanya atau menyengat (tidak berbau daging).
5. Bila
bakso jatuh maka akan memantul.
3.
Boraks
Pada Tahu
Berikut
ciri-ciri tahu yang mengandung mengandung boraks:
1. Tidak
rusak sampai beberapa hari (lebih dari
1-2 hari) pada suhu kamar.
2. Memiliki
tekstur keras.
3. Tidak
padat dan kenyal.
4.
Boraks
Pada Lontong
Lontong yang mengandung boraks memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Rasa getir yang membuat lidah bergetar.
2.
Berasa tajam seperti sangat gurih.
3.
Memiliki aroma sangat tajam.
4.
Tidak memiliki aroma seperti lontong biasanya
(aroma nasi yang berbalut daun pisang).
5.
Teksturnya kenyal.
6.
Warnanya putih pucat (warna kehijauan tidak
rata atau ada bercak-bercak putih pucat).
5.
Boraks
Pada Minuman Teh dan Abon
Boraks tidak hanya untuk
mengawetkan bahan makanan, tetapi ironisnya digunakan pada bahan minuman. Salah
satunya adalah Minuman teh. Untuk membedakan mana yang merupakan teh alami dan
teh palsu (mengandung boraks) dapat dibedakan secara visual dengan
membandingkan teh yang mengandung boraks akan berwarna lebih coklat
dibandingkan dengan teh yang tidak mengandung boraks dan melalui uji
laboratorium menggunakan bahan sampel teh yang ditambahkan dengan larutan asam
sulfat, larutan alcohol atau methanol absolut (spritus) dan sampel the dibakar
dalam cawan porselen di ruangan terbuka atau terdapat banyak ventilasi.,
sedangkan pada uji bakar dalam cawan porselen, teh maupun abon menghasilkan
hasil yang sama, yaitu terlihat nyala api berwarna kehijuan. Abon yang mengandung
boraks tidak berbau, tidak memiliki rasa seperti abon biasanya dan abon mengandung
boraks akan tahan lama jika disimpan pada suhu kamar melebihi masa simpan abon
tanpa boraks.
G. Uji Kandungan Boraks Pada Makanan
Ada
beberapa cara yang digunakan untuk menguji kandungan boraks pada makanan,
berikut beberapa cara untuk menguji kandungan boraks pada makanan:
1. Uji
fisik (visual)
Uji
fisik memang sulit memang dilakukan untuk membedakan makanan yang mengandung
boraks dan makanan yang tidak mengandung boraks. Pengujian secara fisik belum
tentu menjamin membedakannya, tetapi dapat dilakukan awal pengujian dengan uji
fisik berdasarkan parameter mutu pangan yaitu gizi, rasa, tekstur, ciri-ciri
makanan yang bersangkutan serta penampilan dan sebagainya, karena keamanan
pangan merupakan parameter terpenting.
2. Uji menggunakan
kunyit
Air
kunyit banyak mengandung kurkumin (bahan kimia utama pemberi warna kuning pada
kunyit). Kurkumin merupakan indikator untuk menentukan adanya kandungan boraks
di dalam makanan. Pada kondisi asam. Kurkumin akan berwarna kuning, dan dalam
keadaan basa akan berwarna kecoklatan sehingga air kunyit dapat dijadikan
indikator adanya asam basa. Boraks berada dalam bentuk senyawa yang bersifat
basa, sehingga bila bercampur dengan kurkumin akan menimbulkan senyawa baru
yang disebut boro-kurkumin. Senyawa ini berwarna merah kecoklatan.
Berikut
proses pengujian kandungan boraks pada makanan dengan uji kunyit:
1.
Pertama-tama kupas kunyit, haluskan dan beri
sedikit air.
2.
Bungkuslah kunyit yang telah dihaluskan
tersebut dengan kain putih, lalu diperas untuk memperoleh air perasan kunyit.
3.
Tumbuklah makanan yang akan di uji hingga
halus, dan letakkan dalam cawan petri.
4.
Usahakan masing-masing bahan makanan tidak
saling bercampur satu sama lain atau ditempatkan secara terpisah jika sampel
makanan lebih dari satu.
5.
Dengan menggunakan pipet tetes, teteskanlah
air perasan kunyit ke atas sample bahan makanan yang telah dihaluskan tadi.
6.
Amati perubahan warna yang terjadi.
7.
Bahan makanan yang berubah warna menjadi
merah kecoklatan setelah ditetesi air perasan kunyit dinyatakan positif mengandung
boraks.
3. Uji
nyala api
Uji
nyala api yaitu dengan cara membakar sampel makanan yang diduga mengandung
boraks pada cawan porselen dilakukan pada ruangan terbuka atau ruangan yang
memiliki ventilasi cukup. Pertama-tama ambil beberapa sampel makanan yang
diduga mengandung boraks ke dalam cawan porselen kemudian tambahkan beberapa
asam sulfat, alkohol atau methanol absolut (spritus) kemudian bakar dalam cawan
poselen kemudian amati warna nyala api yang dihasilkan, jika nyala api yang
dihasilkan berwarna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks.
H. Toksisitas Boraks
Mengkonsumsi makanan yang mengandung
boraks dalam jumlah sedikit tidak berakibatkan buruk pada kesehatan. Tetapi
boraks yang sedikit tersebut akan diserap secara komulatif oleh tubuh dan dapat
dibuang melalui air kemih, tinja, dan sedikit melalui keringat. Tetapi juga
mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam jumlah banyak atau dalam jumlah sedikit tetapi secara
rutin akan terserap tubuh dan akan disimpan secara komulatif juga dalam tubuh
khususnya hati, otak, ginjal dan testis (buah zakar).
I. Batas
Ambang Maksimum
1.
Pada anak kecil dan bayi bila dosisnya dalam
tubuhnya sebanyak 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian.
2.
Sedangkan pada orang dewasa, kematian terjadi
pada dosis 10-20 gram atau lebih.
3. Pada
anak kecil, bayi ataupun orang dewasa, jika dosis dibawah ambang maksimal
(menimbulkan kematian) maka akan menimbulkan gejala patofisiologis baik
secara akut (mendadak) maupun
menimbulkan penyakit serius dalam
jangka waktu yang lama (kronis).
J. Akibat
Buruk Makanan Mengandung Boraks Pada Kesehatan Manusia
1.
Keracunan (akut dapat karena dosis tinggi).
2.
Gangguan hati, ginjal dan otak (jangka
panjang).
3.
Mempengaruhi enzim-enzim metabolisme.
4.
Mempengaruhi alat reproduksi, khususnya
testes (buah zakar).
5.
Pusing, lemah, suhu tubuh menurun.
6.
Mual dan muntah.
7.
Mencret (diare).
8.
Kram perut dan gangguan pencernaan.
9.
Cyanis (warna kulit dan membran mukosa
kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi
ini terutama mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul dalam berbagai
kondisi medis di mana konsentrasi oksigen darah rendah).
10.
Kompulsi (tendens keinginan atau impuls yang
tidak tertahankan atau tidak bisa dicegah untuk melakukan sesuatu perbuatan;
tidak bisa dikontrol dan tidak bisa dikendalikan atau ketagihan).
11.
Kanker (jangka waktu lama).
12.
Menimbulkan shock dan Kematian (dosis tinggi)
K. Penanggulangan
dan Pencegahan
1.
Pengembangan upaya pendidikan produsen
makanan jajanan dengan bantuan pemerintah daerah kemudian diterapkan ke lingkup
yang lebih luas.
2.
Pengembangan upaya pendidikan konsumen
khususnya melalui media televisi dan radio, melalui pesan-pesan Keamanan Pangan
yang dikemas rapi.
3.
Menghindarkan terjadinya kesimpang-siuran
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai Keamanan Pangan Nasional, yang
diprakasai oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Urusan Pangan sehingga
bila ada kasus keamanan pangan, masyarakat mendapat penjelasan secara cepat,
benar dan resmi.
4.
Pencegahan dari diri masing-masing (individu)
menilai parameter mutu pangan yaitu gizi, rasa, tekstur, serta penampilan dan
sebagainya, keamanan pangan merupakan parameter terpenting.
L. Kesimpulan
Boraks adalah kristal lunak
berwarna putih mengandung unsur boron yang larut dalam air dan merupakan bukan
bahan pengawet tambahan untuk makanan melainkan bahan makanan yang dilarang
untuk pengawet makanan dengan berbagai alasan. Boraks memberi dampak negatif
pada kesehatan baik secara akut maupun kronis dan dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan kematian. Uji makanan yang mengandung boraks dapat melalui
parameter mutu pangan (secara visual atau fisik) yaitu gizi, rasa, tekstur,
serta penampilan dan sebagainya atau dengan uji laboratorium metode nyala api
dan metode larutan kunyit.
Perlu disadari, kita harus
berhati-hati untuk memilih makanan yang sehat untuk kesehatan yang tentunya
terbebas dari bahan pengawet yang dilarang secara resmi oleh Kementerian
Kesehatan dengan upaya penanggulangan dan pencegahan. Utamanya dari kita diri
kita sendiri. Marilah ciptakan generasi muda yang sehat sedini mengkin dengan
cerdas memilih makanan yang sehat bagi kita untuk menciptakan Indonesia yang
lebih sehat di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. 1989. Kimia
Makanan dan Minuman.
Jakarta:Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
Winarno, F.G, Titi
Sulistyowati Rahayu. 1994. Bahan
Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan
Cahyadi, Wisnu.2009.
Analisis & Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan.
Jakarta:Bumi Aksara
Rifkiberbagiilmu.blogspot.com/2013/06/tps- mudah-mengenali-ciri-ciri
makanan.html?m=1 (diakses
pada tanggal 6 Mei 2014)
Vinermag.blogspot.com/2012/10/boraks.html?m= 1 (diakses pada tanggal 6 Mei
2014)
Mei 2013)
(diakses pada tanggal 29 Mei
2014)