BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Darah
adalah jaringan cair berisi atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan
yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat
badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45
persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam menilai hematokrit atau volume darah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47.
Pada
waktu sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Darah
memiliki fungsi umum, yaitu:
1. Sebagai
alat transportasi. Sebagai pengangkut sari makanan dari usus haus ke seluruh tubuh,
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru dan mengangkut sisa metabolisme tubuh ke alat sekresi.
2. Sebagai
alat pertahanan terhadap antigen dan ruda paksa.
3. Sebagai
alat regulasi atau pengaturan suhu tubuh, keseimbangan asam basa darah dan
perimbangan antara tekanan osmose darah dengan jaringan tubuh.
Diskripsi
darah sebagai berikut:
1. Cairan
ekstra seluler
2. Terdapat
pada pembuluh darah
3. Volumenya
antara 7-8% dari berat badan
4. Berat
jenis 1,045-1,065
5. Viskositas
3-4 centipoice
6. PH
7,35-7,45
Susunan
darah. Serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air
91,0 %
2. Protein
8,0% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen)
3. Mineral
0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium dan
seterusnya)
Sisanya
diisi sejumlah bahan organic, yaitu flukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino.
Plasma
juga berisi:
1. Gas
oksigen dan karbon dioksida
2. Hormon-hormon
3. Enzim
dan antigen
Sel
darah terdiri dari tigas jenis (sel-sel darah/elemen elemen seluler/korpuskuli),
yaitu:
1. Eritrosit
atau sel darah merah yang berfungsi sebagai transfor sirkulasi oksigen dan
karbon dioksida. Berumur 120 hari k/l.
Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil
bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak
seperti dua buah buan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap
milimeterkubik darah terdapat 5.000.000 sel darah jika dilihat satu per satu
berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar terlihat merah dan memberi
warna pada darah. Strukturnya terdiri dari pembungkus luar atau stroma, berisi
massa hemoglobin.
Sel darah merah memerlukan protein karena
strukturnya terbentuk dari asam amino dan memerlukan zat besi. Sel darah merah
dibentuk dalam sumsum tulang, terutama tulang pendek, piph dantak beraturan,
dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari dalam batang iga dan dari
sternum.
Perkembangan sel darah merah dalam sumsum tulang
melalui berbagai tahap: mula-mula besar dan berisi nucleus, tetapi tidak ada hemoglobin,
kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya, kemudian baru
diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Sel darah merah yang telah using akan dihancurkan
oleh system retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari
hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan. Zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi dan sisanya diubah menjadi
bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin (pigen kehijauan) dan dapat dilihat
padaperubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi pendarahan, sel merah dengan
hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen hilang. Pada pendarahan sedang, sel-sel
akan diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya, tetapi apabila hemoglobin
turun sampai 40% kebawah maka diperlukan tranfusi darah.
2. Leukosit
atau sel darah putih yang berfungsi reparatif (memperbaiki) dan defensif
(bertahan atau pertahanan).
Sel darah putih berupa bening dan
tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari pada sel darah merah, tetapi
jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap millimeter kunik mengandung 6.000-10.000
(rata-rata 8.000) sel darah putih.
Granulosit atau sel
polimorfonuklear merupakan hamper 75% dari seluruh jumlah sel darah putih yang
terbentuk dalam sumsum merah tulang berisi sebuah nucleus yang berbelah banyak
dan protoplasmanya berbulir sehinga disebut sel berbulir atau granulosit.
Kekurangan granulosit disebut granulositsitopenia.
Sel netrofil paling banyak dijumpai.
Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran asam basa
dan tampak seperti ungu.
Sel eosinofil hanya sedikit
dijumpai dan menyerap warna yang bersifat asam (eosin) dan terlihat merah.
Sel basofil menyerap warna merah dn
terlihat biru.
Limfosit membentuk 25% dari seluruh
jumlah sel darah putih yang dobentuk di kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang.
Sel ini nngranuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba yang
terbagi dalam limfosit besar dan limfosit kecil
Monosit yakni sejumlah kecil sel
yang berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5%) yang mampu mengadakan
gerakan amuboid dan sifat fagosit (pemakan). Trombosit
atau butir pembeku (keeping darah) yang berperan chemis dan mekanis (pembekuan
darah).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi
memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen membentuk oksihemoglobin dalam
sel darah merah yang berfungi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normalnya kira-kira 15
gram setiap 100 ml darah, jumlah ini disebut “100%”.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan darah kapiler dan darah vena.
2. Untuk
mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan baik peralatan dan perlengkapan sebelum
pengambilan darah kapiler dan darah vena (melakukan plebotomi).
3. Untuk
mengatahui bagaimana prosedur dan teknik pengambilan darah kapiler dan darah
vena.
4. Untuk
mengetahui kesalahan dan komplikasi yang sering terjadi pada saat pengambilan
darah atau sampel.
5. Untuk
mengetahui apa saja faktor basal state atau kondisi sampel darah pasien (variabel
yang berpengaruh terhadap komposisi spesimen).
6. Untuk
mengetahui tata pelaksanaan keselamatan dan tindakan yang dilakukan saat
terjadi kecelakaan kerja dan pengambil darah atau sampel (phlebotomist).
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan darah kapiler dan darah vena?
2. Apa
saja yang harus dipersiapkan baik peralatan dan perlengkapan sebelum
pengambilan darah atau sampel (melakukan plebotomi)?
3. Bagaimana
prosedur dan teknik pengambilan darah kapiler dan darah vena?
4. Apa
saja kesalahan yang sering terjadi dan apa komplikasi yang terjadi pada saat
pengambilan darah atau sampel?
5. Apa
saja faktor basal state atau kondisi sampel darah pasien (variabel yang
berpengaruh terhadap komposisi spesimen)?
6. Bagaimana
tata pelaksanaan keselamatan dan apa tindakan yang dilakukan saat terjadi
kecelakaan kerja dan pengambil darah atau sampel (phlebotomist)?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Darah Kapiler Dan Darah Vena
1. Darah
Kapiler
Darah kapiler adalah darah yang berada
di pembuluh kapiler yang sangat kecil, dimana tempat arteri berakhir. Makin
kecil arteriol semakin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai
pada kapiler yang sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja yaitu
lapisan yaitu lapisan endotelium. Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan
limfe merembes keluar membentuk cairan jaringan membawa air, mineral dan zat
makanan untuk sel, dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan
jaringan sel, menyediakan oksigen dan menyingkirkan bahan buangan termasuk
karbondioksida. (Evelyn C. Pearce, 2006)
2. Darah
Vena
Darah
vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena, membawa darah miskin akan
oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding tiga lapis
seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih
mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Pada umumnya semua pembuluh
vena cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan pengambilan darah.
Tetapi pada prakteknya yang sering digunakan adalah vena difosa cubiti. Pada
anak kecil atau bayi darah dapat diambil pada vena jugula ris externa, vena
femoralis, bahkan dari sinus sagitalis superior. (Evelyn C. Pearce, 2006)
B.
Peralatan
Dan Perlengkapan Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Pengambilan Darah Kapiler Dan
Darah Vena (Melakukan Plebotomi)
Langkah pertama
yang harus disiapkan adalah mempersiapkan dan menggunakan perlengkapan
pelindung diri (safety), yaitu:
1. Menggunakan
jas laboratorium atau baju pelindung agar tidak terkena tumpahan darah/sample.
2. Menggunakan
sarung tangan.
3. Menggunakan
masker (pelindung pernafasan).
4. Mengunakan
sepatu menutupi telapak kaki dan tidak menggunakan sepatu yang licin atau
berhak tinggi untuk mencegah kecelakaan kerja seperti terpeleset dan darah/sampel
tumpah.
Langkah
kedua, persiapkan peralatan pengambilan darah sesuai kebutuhan, misalkan pada
saat pengambilan darah kapiler yang harus dipersiapkan adalah:
1. Lancet
steril atau autoclick.
2. Bola
kapas yang dibasahi atau mengandung alcohol 70%/kassa alcohol atau menggunakan
povidon iodine, tetai lebih disarankan menggunakan alcohol karena providone
iodine kadar kalium, fosfor dan asam urat akan mempengaruhi hasil yang
cenderung meningkat.
3. Bola
kapas kering.
4. Tabung
khusus untuk pengambilan darah kapiler (tube).
5. Tempat
pembuangan sampah medis/sharp container (sampah jarum dan kapas secara
terpisah).
6. Alat
tulis, label dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
Pada
saat pengambilan darah vena peralatan yang harus disiapkan adalah:
1. Tourniquet.
2. Jarum
suntik (syringe)/spuit/vacutainer/venipuncture dewasa/venipuncture untuk
anak-anak/kit untuk anak-anak (jarum kupu).
3. Botol
penampung sampel atau penampung vakum
4. Bola
kapas yang dibasahi atau mengandung alcohol 70%/kassa alcohol atau menggunakan
povidon iodine.
5. Bola
kapas kering.
6. Plester
.
7. Tempat
pembuangan sampah medis/sharp container (sampah jarum dan kapas secara
terpisah).
8. Alat
tulis, label dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
C.
Prosedur
dan Teknik Pengambilan Darah Kapiler Dan Darah Vena
Setelah
mempersiapkan dan menggunakan perlengkapan pelindung diri (safety) serta
peralatan untuk mengambil sampel sesuai kebutuhan telah lengkap maka lakukan
lah langkah berikutnya, langkah pertama adalah:
Identifikasi dan
persiapan pasien:
1. Identifikasi
pasien yang benar
2. Pengecekan
formulir permintaan dokter
3. Pengecekan
identitas pasien rawat jalan seperti nama, nomor kartu penduduk, alamat, dan
foto atau dengan bracelet
4. Sesuikan
permintaan pemeriksaan dengan formulir permintaan dokter untuk pemeriksaan
5. Kumpulkan
tabung-tabung yang benar sesuai pemeriksaan dan pastikan urutan darah yang akan
diambil (EDTA, heparin, citrate dan beku)
Langkah
kedua yaitu melakukan pengambilan darah. Berikut adalah prosedur dan teknik
pengambilan darah/sampel:
Sebelum
melakukan pengambilan darah, yang harus di persiapkan adalah antikoagulan yang
akan dipakai. Pastikan takaran dan jumlah darah yang akan diambil sesuai.
a.
Pengambilan darah kapiler (skin puncher)
1.
Pastikan pasien merasa nyaman.
2.
Membaca surat penganter dokter untuk
permintaan pemeriksaan.
3.
Perkenalkan diri dan menjelaskan apa
yang akan dilakukan.
4.
Cocokkan identitas pasien.
5.
Tanyakan pasein takut, tidak merasakan
nyaman.atau mempunyai masalah sebelumnya saat melakukan phlebotomy.
6.
Siapkan segala peralatan yang dibutuhkan
untuk mengambil sampel. Jarum, tube/tabung kecil, bola kapas dibasahi dengan
alcohol 70%/kassa alkohol, bola kapas kering.
7.
Cucilah tangan menggunakan sabun dan air
hingga bersih dan keringkan benar-benar kering.
8.
Palailah perlengkapan pelindung diri,
terutama sarung tangan.
9.
Pilihlah jari yang akan diambil
darahnya, hindari ibu jari dan jari kelingking, karena faktor infeksius besar, apabila terjadi
infeksi maka akan menjalar. Disarankan untuk jari manis, tengah dan telunjuk
karena ketiga jari tersebut merupakan jalur limfa tertutup, resiko infeksius
sedikit.
10.
Lakukan penusukan tetapi jangan terlalu
pinggir karena terdapat syaraf dan akan lebih terasa sakit. Jangan pada area
tengah jari pula, tetapi lakukanlah tidak ditengah dan tidak terlalu dipinggir.
11.
Pijat telapak tangan dan jari yang akan
dilakukan penusukan.
12.
Basahi jari yang akan dilakukan
penusukan dengan bola kapas dibasahi dengan alcohol 70%/kassa alcohol dengan
cara memutar dari dalam/tengah ke luar area penusukan. Biarkan mengering. Gagal
kontak dengan alcohol dapat menyebabkan resiko kontaminasi dan jangan sentuh
daerah yang sudah bersih, jika terentuh lakukan desinfeksi kembali.
13.
Tunggu hingga benar-benar kering dari
alcohol.
14.
Tusukan jarum dengan sedikit menekan
jari.
15.
Usapkan dengan bola kapas kering saat
sudah mengeluarkan darah.
16.
Lalukan penampungan darah dengan
tube/tabung kecil sesuai kebutuhan sampel.
17.
Setelah selesai, usapkan jari kembali
menggunakan bola kapas kering sampai area penusukan benar-benar bersih.
18.
Buang bekas jarum ke empat yang tersedia
dan kapas secara terpisah (tempat pembuangan sampah medis/sharp container)
serta membereskan area kerja.
19.
Lepaskan dan buang sarung tangan dengan
menggulung keluar, jangan sampai tangan tersentuh kembali pada bekas
pengambilan darah.sampel
20.
Cucilah tangan dengan sabun dan air
sampai benar-benar bersih lalu keringkan.
21.
Pengecekan bekas luka tusukan dan tanyakan
pasien masih merasa sakit pada area penusukan atau tidak.
22.
Ucapkan terimakasih kepada pasien dan
memberi tahu bahwa pengambilan darah sudah selesai.
b.
Pengambilan darah vena mengguakan
spuit/syringe (jarum suntik biasa)
Pada pengambilan darah
vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median
cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica
bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis
dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa
digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan
jarum yang ukurannya lebih kecil.
1.
Pastikan pasien merasa nyaman.
2.
Perkenalkan diri dan menjelaskan apa
yang akan dilakukan.
3.
Membaca surat penganter dokter untuk
permintaan pemeriksaan.
4.
Cocokkan identitas pasien.
5.
Tanyakan pasein takut. tidak merasakan
nyaman. Atau mempunyai masalah sebelumnya saat melakukan phlebotomy.
6.
Persiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Seperti tourniquet, botol penampung, kassa alcohol/bola kapas dibasahi alcohol
70%, bola kapas kering, ukuran spuit yang dibutuhkan dan dan ukuran jarum sesuai besar kecilnya vena.
7.
Pakailah perlengkapan pelindung diri, terutama
sarung tangan.
8.
Pasang tourniquet, jangan telalu lama
dengan jarak penusukan (tidak lebih dari 2 menit).
9.
Tetapkan vena (palpasi) dengan cara
memegang lengan pasien dan letakkan jempol dibawah daerah venepuncher.
10.
Mintalah pasien untuk mengepalkan tangan
agar vena dapat tampak terlihat jelas.
11.
Apus mengunakan bola kapas alcohol/kassa
alcohol dimulai dari tengah melingkar ke arah luar membuat area 2 cm atau
lebih.
Biarkn
mengering. Gagal kontak dengan alcohol dapat menyebabkan resiko kontaminasi dan
jangan sentuh daerah yang sudah bersih seperti menempatkan jari diatas vena
yang sudah ditentukan jika terentuh lakukan desinfeksi kembali.
12.
Gunakan tangan kanan untuk memegang
jarum, ujung telunjuk pada pangkal jarum. Lakukan prepungsi/persiapan jarum,
pastikan tidak ada rongga udara dan kencangkan jarumnya.
13.
Tegangkan kulit diatas pembuluh darah
supaya pembuluh darah tidak bergerak.
14.
Masukkan jarum kedalam pembuluh vena
sepanjang 1-1,5 cm dengan sudut 15-30 derajat.
15.
Apabila terlihat bercak darah pada ujung
jarum, ambillah darah sesuai kebutuhan.
16.
Setelah darah terkumpul, lepaskan
tourniquet sebelum menarik jarum. Pedoman lain menyarankan melepaskan
tourniquet segera setelah darah mengalir.
17.
Tarik jarum perlahan sambil meneekan
pada daerah penusukan menggunakan bola kapas kering. Sarankan pasien untuk
tetap meluruskan tangan dan tidak menekuknya karena jika menekuk lengan akan
menyebabkan hematom.
18.
Tutup jarum dengan tidak menyentuh tutup
dan ujung jarum. Diperbolehkan menyentuh ujung tutup jika jarum sudah benar-benar
masuk dalam tutup.
19.
Buka ujung jarum lalu pindahkan darah
yang telah diperoleh pelan-pelan ke dalam botol penampung lalu dicamppurkan
secara lembut (digoyangkan secara lembut) jangan terlalu keras karena akan
mempengaruhi komposisi darah.
20.
Catatlah atau labelkan sampel yang
diperoleh sesuai identitas pasien, nama plebotomist dan keperluan pemeriksaan.
23.
Setelah selesai buanglah bekas jarum ke
empat yang tersedia dan kapas secara terpisah (tempat pembuangan sampah
medis/sharp container) serta membereskan area kerja.
24.
Lepaskan dan buang sarung tangan dengan
menggulung keluar, jangan sampai tangan tersentuh kembali pada bekas
pengambilan darah.sampel.
25.
Cucilah tangan dengan sabun dan air
sampai benar-benar bersih lalu keringkan.
26.
Pengecekan luka bekas tusukan dan tanyakan
pasien masih merasa sakit pada area penusukan atau tidak.
27.
Ucapkan terimakasih kepada pasien dan
memberi tahu bahwa pengambilan darah sudah selesai.
Kekurangan
spuit/syringe (jarum suntik biasa) adalah hanya dapat sekali menyuntik untuk
sekali pengambilan sampel dan harus membaginya ke beberapa botol jika akan
dilakukan lebih dari satu pemeriksaan.
c.
Pengambilan darah vena mengguakan
vacutainer dan jarum bersayap/kupu (winged needle).
Pada dasarnya pengambilan darah vena
menggunakan vacutainer sama seperti pengambilan darah vena menggunakan
spuit/syringe (jarum suntik biasa), yang membedakan adalah pada saat setelah
menusukkan jarum dan kemudia melakukan penyedotan darah ke dalam vakum-vakum
khusus yang sudah terisi oleh antikoagulan sesuai pemeriksaan dan mempunyai
sistem urutan pengambilan darah pemeriksaan.
Urutan
pengambilan sampel (vacutainer):
1. Kultur
darah
2. Tabung
antara
3. Koagulasi
4. Serum
kimia
5. Plasma
separator gel tubes (PSTs) hematologi crossmacth
6. Glucose
(oxalate) atau bank darah
Menampung Darah Dalam Tabung
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan
dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
- Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
- Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
- Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
- Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
- Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
- Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
- Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
- Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
- Tabung tutup hitam: berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
- Tabung tutup pink: berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
- Tabung tutup putih: potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
- Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Tabung
vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah
nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume
tertentu telah tercapai.
Jarum
yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada
sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan
berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada
saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan
metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam
beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung
secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes
biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat
mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi,
kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual
dapat dihindari.
Sulitnya
pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa
diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini
mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama
dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah,
antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada
pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan
posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada
selang (flash).
Pengambilan sampel pada
anak disarankan dalam posisi duduk dengan pangkuan orangtua sehingga orang tua
dapat menahan dan mengendalikan anak tersebut apabila lepas control dan
berontak.
Untuk dewasa disarankan
untuk duduk, diperbolehkan berbaring apabila takut berlebihan yang menimbulkan
pingsan.
D.
Kesalahan
Dan Komplikasi Yang Sering Terjadi Pada Saat Pengambilan Darah Atau Sampel Pada Pembuluh Kapiler dan Pembuluh Vena
Komplikasi yang terjadi pada pengambilan sampel
vena:
1. Spasma
atau kontraksi involunter. Dapat dicegah dengan menciptakan pasien menjadi
tenang, memberi penjelasan prosedur serta membuat posisi pasien senyaman mungkin.
2. Hematom
atau pendarahan yang berlebih dan memasuki jaringan/keluar dari pembuluh darah.
Dapat dicegah dengan tidak menusuk jarum jauh dari pembuluh darah dan menekan
segera setelah darah mengalir.
3. Kerusakan
syaraf dapat dicegah dengan memilih tempat pengambilan sampel yang benar dan
hindari pengarahan ulang jarum.
4. Pingsan
atau respon vagal yang biasanya diawali dengan turunnya tekaran darah, mengeluh
perasaan ingin pingsan, berkeringat dan pucat dapat dicegah dengan meletakkan
pasien pada posisi berbaring dengan kaki diangkat sebelum darah mengalir.
Komplikasi yang terjadi
pada pengambilan sampel kapiler:
1.
Kolaps vena bila arteri tibialis robek
akibat tusukan bagian medial tumit.
2.
Osteomielitis tulang tumit (calcaneus).
3.
Bila jari neonates ditusuk dapat
menyebabkan kerusakan syaraf.
4.
Hematom dan hilang akses ke cabang vena
yang dipakai.
5.
Jaringan parut.
6.
Nekrosis local dan general (efek jangka
panjang)
7.
Kerusakan kulit
Kesalahan pengambilan
sampel:
1. Teknik/prosedur
pengambilan dan penanganan sampel yang salah. Menyebabkan hasil tidak
maksimal/salah/tidak akurat yang dapat disebabkan:
a. Adanya
udara dalam sampel.
b. Jumlah
heparin yang tidak benar atau pencampuran yang tidak baik setelah darah didalam
tabung.
2. Hemolilis,
rusaknya komposisi darah yang ditunjukkan dengan perubahan warna seperti
perubahan warna menjadi merah muda pada plasma dan serum. Disebabkan karena
beberapa factor, yaitu:
a. Jarum
yang terlalu kecil.
b. Manarik
syringe plunger terlalu cepat.
c. Mengeluarkan
darah terlalu kuat kedalam tube
d. Menggoncang/mencampur
darah dalam tabung terlalu kuat.
e. Mengambil
darah sebelum alcohol diarea tusukan mengering.
3. Darah
menjadi menjendal, clotting, small clot yang dapat disebabkan oleh:
a. Rasio
darah dengan antikoagulan tidak tepat.
b. Mencampur
tidak sempurna.
c. Salah
urutan pengambilan darah.
4. Hemokoncentrasi
dan ptechie yang terlalu lama memasang tourniquet.
5. Kesalahan
seleksi vena dan posisi vena yang berpindah biasanya dijumpai pada orang lanjut
usia dan orang yang melakukan kemoterapi.
E.
Faktor
Basal State atau Kondisi Sampel Darah Pasien (Variabel Yang Berpengaruh
Terhadap Komposisi Spesimen)
Faktor Basal
State atau Kondisi Sample Darah Pasien (Variabel Yang Berpengaruh Terhadap
Komposisi Spesimen) adalah sebagai berikut:
1. Umur
2. Ketinggian
suatu daerah
3. Dehidrasi
4. Diet
5. Variasi
diurnal (daily) atau jam pengambilan sample
6. Obat-obatan
7. Olah
raga yang mempengaruhi tekanan darah
8. Fever
(demam/panas)
9. Jenis
kelamin
10. Jaundice
(hepatitis B/penyakit kuning)
11. Posisi
pengambilan ( pasien duduk atau tidur)
12. Kehamilan
misalnya faktor eritrosit yang relative anemia
13. Merokok
(tebalnya dinding pembuluh darah)
14. Stress
(detak yang lemah)
15. Suhu
dan kelembaban
F.
Tata
Pelaksanaan Keselamatan Dan Tindakan Yang Dilakukan Saat Terjadi Kecelakaan
Kerja Seorang Pengambil Darah Atau Sampel (Plebotomist)
Tata Pelaksanaan Keselamatan Seorang Pengambil Darah
Atau Sampel (Plebotomist)
Plebotomi
merupakan suatu tindakan yang memerlukan metode khusus untuk mendapatkan
specimen yang berkualitas da nada akibat negative (komplikasi) yang dapat
membahayakan pasien.
Plebotomist
adalah professional yang berada pada lini terdepan dalam berinteraksi dengan
pasien. Tata pelaksanaan keselamatan
sangat penting untuk dipelajari. Tujuan utama tata laksana keselamatan dan
keamanan prosedur kerja adalah untuk pencegahan infeksi terhadap petugas pasien
dan pasien. Sangat penting untuk mengerti bagaimana infeksi dapat terjadi,
mencegah penularan dengan cara melindungi diri dan pasien dari kuman-kuman
infeksius.
Keselamatan
kerja biasanya dilandasi dari kejadian yang sering terjadi, kebanyakan
kecelakaan kerja terjadi apabila prosedur kerja diabaikan. Pada keselamatan
tindakan plebotomi, prinsip kewaspadaan standar beramsumsi bahwa darah,
jaringan serta cairan tubuh lainnya adalah bahan yang berpotensi menularkan
(infeksius) dan karenanya harus diusahakan agar tidak terpapar langsung oleh
hal yang berpotensi infeksius.
Kewaspadaan
standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode pengendalian infeksi
terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi menularkan
(infeksius) yang meliputi dari:
1. Kebersihan
tangan. Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran infeksi
yang bertujusn untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan
mengurangi jumlak mikroorganisme sementara. Basahi tangan setinggi pertengahan
lengan bawah dengan air mengalir menggunakan sabun/antiseptic sampai berbusa.
Gerakan cuci tangan
terdiri dari:
o
Gosokan kedua telapak tangan
o
Gosokan telapak kanan di atas punggung
tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan sebaliknya.
o
Gosok kedua telapak tangan dengan jari
saling menjalin.
o
Gosok punggung jari pada telapak tangan
yang berlawanan dengan jari yang saling mengunci.
o
Gosok memutar ibu jari kiri dengan cara
menggenggam dan memutar. Lakukan sebaliknya.
o
Gosok memutar ujung-ujung jari kea rah
depan dan belakang dengan jari tangan kanan mengunci pada telapak tangan kiri,
dan sebaliknya.
o
Lakukan 10-15 detik dan bilaskan kembali
menggunakan air mengalir sampai bersih.
o
Keringkan tangan menggunakan handuk atau
tissue sekali pakai.
2. Pemakaian
alat pelindung diri.
o
Sarung tangan bertujuan untuk melindungi
tangan dari kontak dengan darah, tetapi memakai sarung tangan tidak
menggantikan perlunya cuci tangan karena sarung tangan dapat berlubang kecil
yang tidak tampak sehingga tangan dapat terkontaminasi.
o
Masker Yang cukup besar untuk menutupi
hidung, mulut dan dagu bertujuan menahan cipratan yang keluar sewaktu
berbicara, batuk atau bersin serta mencegah percikan darah memasuki hidung atau
mulut.
o
Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada pada rambut dan melindungi alat-alat atau daerah steril dan melindungi
kepala/rambut petugas plebotomi.
o
Jas laboratorium/apron/celemek
melindungi dari percikan dekontaminasi darah. Bila terkena darah harus diganti.
o
Sepatu pelindung/pelindung kaki yaitu
untuk melindungi kaki dari percikan darah atau jatuhnya peralatan yang
memungkinkan mengenai kaki. Sepatu harus menutupi telapak kaki, tidak
dianjurkan menggunakan sandal atau sepatu terbuka. Sepatu sebaiknya terbuat
dari bahan yang mudah dicuci, tahan tusukan dan tidak licin.
Tindakan
Yang Dilakukan Saat Terjadi Kecelakaan Kerja Seorang Pengambil Darah Atau
Sampel (Plebotomist)
1. Bila
vena tidak ditemukan, petugas boleh memindahkan jarum dengan menarik, mendorong
atau memutar posisi jarum. Atau menusuk jarum 2 kali menggunakan jarum dan tube
yang berbeda. Penusukan ke tiga, didaerah vena lebih bawah atau di lengan/
daerah penusukan yang berbeda, lebih baik dilakukan oleh senior/kompeten.
2. Pendarahan
vena isa terjadi karena kegagalan penusukan, pengobatan anticoagulant. Biasanya
akan berhenti dalam 5 menit, berikan tekanan dengan membalutkan verban di
daerah penusukan sampai pendarahan berhenti.
3. Komplikasi
vertigo, syncope, pucat, lemas, sesak dan mual. Hindarkan pasien jatuh ke
lantai. Tanyakan perasaan pasien apakah baik. Segera lepaskan tourniquet dan
cabut jarum dari vena. Tutup dan tekan tempat penusukan, posisikan kepala
pasien yang syncope lebih rendah dari badan, kompres dingin di kepala deoan
atau belakang. Minta pertolongan tanpa meninggalkan pasien.
4. Jika
tertusuk jarum lepas sarung tangan lalu buang, remas tempat tusukan, keluarkan
darah kemudian cucilah bersih deagan sabun dan air mengalir sebanyak-banyaknya.
Catat nama dan identitas pasien serta ikuti petunjuk pengobatan dan monitori.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Plebotomis
berperan penting dalam melakukan tindakan pengambilan darah (plebotomi).
Persiapan dengan sebaik mungkin perlengkapan pelindung diri dan peralatan
sangat penting karena mempengaruhi keselamatan kerja. Pengambilan darah/sampel
harus mengikuti standar, syarat, prosedur dan teknik yang baik untuk menjaga
kualitas sampel. Kontrol kualitas sampel sangat diperlukan.
B.
Saran
Disarankan agar seorang plebotomy menguasai standar,
syarat, prosedur dan teknik pengambilan darah yang baik, serta dapat menjaga kebersihan area
kerja sebelum dan sesudah melakukan pengambilan darah/sampel. Pahami
faktor-faktor kesalahan, tata pelaksanaan keselamatan dan
tindakan yang dilakukan saat terjadi kecelakaan kerja seorang pengambil darah/sampel
(plebotomist) agar mengurangi
atau tidak melakukan kesalahan pengambilan darah/sampel.
DAFTAR
PUSTAKA
Pearce,
C. Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Handout
dan catatan pribadi mata kuliah Hematologi 10/18/2013
Perhimpunan
Doktr Spesialis Patologi Klinik Indonesia. 2012. Pelmodulatihan Nasional
Flebotomi Dasar Bagi Analis
Kesehatan Edisi 2. (Modul pribadi mata kuliah Plebotomi)
Handout
seminar pembekalan kesehatan “Phlebotomy” yang diselenggarakan di Graha Bina
Husada
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta pada tanggal 19 Oktober 2013. Diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2013